Kamis, 01 September 2016

Kisah Hijrah member Solidaritas Peduli Jilbab (SPJ) Palu by Nadia Azzahrah Apok

Kisah hijrah

Karena teman-teman Solidaritas Peduli Jilbab (SPJ) Palu sudah meminta di grup WA, maka ini harus kutuliskan segera. Ini hanya sepenggal kisah dariku, semoga teman-teman mendapatkan pelajaran (ibroh) dari kisahku ini. Karena sesungguhnya inilah bagian dari skenarioNya untukku.
Aku adalah Bungsu dari 3 bersaudara. Hidup dilingkungan religius dari kecil membuatku akrab dengan pakaian tertutup lengkap dengan hijab. Menurut cerita mama, saat aku umur 2 tahunan tepatnya saat lancar berbicara aku selalu meminta dipakaikan jilbab sama sepreti mama jika ingin keluar rumah. Jadi sebelum sekolah TK-pun aku sudah akrab dengan hijab. Mama & Papa adalah pasangan guru honorer di MTs Nurul Huda Banggai. Pakaian seragam sekolah dengan rok & jilbab tak lagi asing bagiku. Mengajar mengaji sehabis magrib kepada anak-anak di Asrama Nurul Huda menjadi rutinitasku sejak aku khatam al qur’an pertama kali, mungkin usia SD kelas 2 atau 3. Tak heran jika seragam sekolahku mulai TK, SD, SMP hingga SMA pun menggunakan hijab. Walaupun hanya pendidikan TK & SD saja yang kutempuh di sekolah Agama yaitu TK Nurul Huda Banggai & MIN Tano Bonunungan Banggai. Lalu kumelanjutkan di sekolah Umum SMP N 1 Banggai lalu ke SMA N 1 Banggai. Memang hijab selalu melekat dikepalaku, namun sayang itu hanya saat berseragam sekolah, les atau agenda-agenda OSIS. Apalagi di zaman Sdku dulu lagi nge-hits penyanyi cilik Mega Utami & Maisy. Setelah nonton lagunya setiap Ahad pagi di rumah tetangga sorenya pasti gaya rambut dari dua artis cilik itu sudah ku tiru. Ya rumah tetangga, dulu rumah memiliki televisi sangat jarang ditemukan dikompleks kami. Jalan-jalan sore sambil menjaga adik dengan rambut gaya baru setiap harinya. Begitulah keseharianku jika sepulang sekolah.
Hingga suatu hari, saat aku terlibat dikepengurusan OSIS di SMA. Aku menjadi anggota OSIS bidang I. Kerohanian Islam. Mudah-mudahan saja bukan karena melihat jilbabku yang sebenarnya masih abal-abal. Hanya karna alasan sebagai Pengurus OSIS di bidang inilah menjadikanku WAJIB jadi panitia Pesantren Kilat (PESKIL), saat itu kalau tidak salah ingat Romadhon tahun 2006. Padahal teman se-kelasku, se-angkatanku bahkan kakak kelasku semua jadi peserta. Teman teman se-angkatanku dari kelas Xa hingga Xe lalu kakak kelas yg XIIA1, XIIA2, XIIS1, XIIS2 & kelas Bahasa menjadi pesertanya. Perasaan bangga hadir mengisi hatiku, Astagfirullah semoga saja Allah memaafkan sifat sombongku itu. Tak ubahnya senior yang lain, sebagai panitia kami wajib mengatur peserta & menegurnya jika tidak mengikuti aturan panitia.  Pembina OSISpun sepenuhnya menyerahkan semuanya kepada panita yang sebagian mereka adalah anak-anak Pelajar Islam Indonesia (PII) saat itu aku belum terlalu mengenal PII. Berbekal brifing panitia setiap awal sahur mulailah aku berlagak layaknya panitia. Tak pandang senior atau junior yang jelas aku panitia anda peserta, jika ingin lulus PESKIL anda wajib mengikuti titah panitia, maklumlah saat itu Nilai PESKIL SEKOLAH menjadi salah satu penilianian dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Hari-hari PESKIL berjalan seperti biasanya, saya yang mengikut saja. Memarahi peserta jika minum dalam keadaan berdiri apalagi sambil jalan, menegur jika melihat peserta makan menggunakan tangan kiri, menumbuk meja dengan keras jika mereka lupa berdo’a sebelum makan, mengangkat telunjuk dengan muka geram saat peserta belum bergegas ke masjid hingga adzan hampir usai bahkan melaporkan nama-nama peserta ikhwan yang lancang berkunjung ke kamar peserta akhwat walaupun hanya depan pintu kamar nanti mereka akan di sidang oleh panitia senior dan aku seperti merasa tertawa puas melihat mereka berhasil kutangkap basah. Apalagi peserta akhwat yang lalu lalang tanpa merapikan dengan benar jilbab dikepalanya, mereka akan menjadi bulan bulananku dengan kakak-kakak panitian akhwat lainnya. Bedanya mereka paham hukumnya sedangkan aku hanya mengikuti saja, dengan alasan “eh saya kan panitia juga”.
Hingga tibalah malam puncak yang menjadi titi balik kehidupanku, yang membuatku terkagum-kagum dengan mereka yang kukenali anak-anak PII juga terpesona dengan Islam yang sangat luar biasa mengatur segala seluk beluk kehidupan manusia.
Malam itu rapat panitia agak tertutup, tidak semua panitia dilibatkan. Hanya yang jilbabnya rapi celananya bukan jeans & yang selalu pakai rok saat PESKIL. Lagi lagi saya lolos dalam hal ini hanya karena ikut-ikutan. Dan belakangan aku mengetahui ternyata alasan lain aku diizinkan terlibat dalam settingan malam itu karena aku dinilai sedikit banyak mampu berakting untuk menyukseskan setting-settingan mereka ini. Awalnya aku belum paham namun lama kelamaan mengikuti alur rapat yang sangat alot itu akhirnya akupun mulai mengerti arah pembicaraan. Bahwa malam ini adalah malam terakhir. Materi jihad. Tugas panitia adalah membuat malam ini menjadi malam yang paling berkesan agar semua materi materi-materi yang sudah didapatkan semua peserta dari hari pertama bisa pelan-pelan merek aplikasikan dalam kehidupan mereka, agar mereka terbiasa menjaga hijab antara ikhwan & akhwat, agar mereka rutin tilawah di rumah, agar mereka mampu melanjutkan kebiasaan-kebiasaan menghidupkan sunnah-sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam yang sudah hampir seminggu dibangung & dibiasakan pada mereka di sini dan terakhir yang merupakan tugasku & tim panitia akhwat lainnya adalah AGAR MERAKA MAMPU MEMPERTAHANKAN JILBAB MERAKA tidak hanya di PESKIL tapi juga saat sekolah & kesehariannya. Ya mereka. Saya masih berfikiran fokus pada mereka para peserta. Masing-masing tugas sudah dibagikan, skenario telah dimatangkan, latar bahkan timing sudah diatur, setelah pemateri tentang jihad memberikan kode dari dalam ruang materi, mulailah kita berolah akting dengan bekal kalimat-kalimat yang sudah diajarkan & kami harus mampu meyakinkan para peserta tentang materi yang masing-masing kita bawakan. Untuk tim panitia akhwat kita sudah berbagi tugas siapa yang akan memarah-marahi mereka dalam ruangan, siapa yang akan membela mereka, siapa yang jadi tim penyelamat saat ada bentrok langsung antara panitia & peserta, siapa yang jadi benteng di pintu jika panitia pengacau berhasil kabur dari dalam rungan agar peserta tidak berhasil mengejarnya hingga keluar ruangan dan siapa yg mengambil kesimpulan/penutup materi agar peserta kembali tenang. Semua sudah diatur rapi. Termasuk segala alat tulis menulis barang tumpul & tajam sudah diamankan oleh panitia sesaat sebeklm materi dimulai, karena dalam keadaan emosi yang tidak terkontrol pulpenpun bisa jadi senjata untuk melawan. Begitu kata pemateri, ya saya mengikut saja.
Hingga tiba saatnya, ketika perasaan & emosi peserta sudah dalam genggaman pemateri. Tekad kuat mereka untuk berjihad di jalan Allah telah terbentuk,siap menumpas siapapun musuh Allah dimuka bumi, siap menjalankan ibadah sesuai tuntunan Agama untuk mengkokohkan Islam, dan saat semuanya matang tibalah satu persatu panitian menguji nyali mereka menguji ksungguhan mereka. Suasana semakin alot & panas, yang terdengar teriakan remeh dari panitia namun disambut dengan takbir menggungah dari para peserta, serentak bulu kudukku merinding, Ya Allah apa yang terjadi. Agar azzam betul betul mengkristal. Beginikah suasana saat musuh-musuh Allah melakukan pembantaian di tanah Arab? Suara perempuan-perempuan merontak dengan takbir yang merontokkan keberanian musuh dengan seketika. Ya Allah,  haru biru merasuk dalam hatiku. Takbir takbir dan takbir terus yang terbesit dalam hatiku. Semakin larut semakin menggugah. Hingga tibalah sesi dimana panitia akhwat yang melancarkan aksinya termasuk aku salah satunya. Salah seorang panitia menerangkan tentang kewajiban muslimah dengan lantang hingga tak ada satupun kami yang merasa pantas lagi untuk memamerkan aurat ini, lalu disusul dgn seorang panitia yg datang dengan tiba-tiba secepat kilat mengoyak-ngoyak jilbab para peserta yang mulai muncul komitmennya untuk berhijab, satu pukulan mendarat di pelipisnya sebelum ia berhasil kabur keluar dari ruangan lalu diamankan oleh panitia di luar ruangan. Tibalah masaku. “ AAAAHHHHHHRRGGGGHHHH, Munafik kalian semua, hari ini malam ini kalian mati-matian membela diri kalian, mempertahankan jilbab di kepala kalian, menutup rapi rambut-rambut indah kalian, tapi setelah malam ini, setelah kegiatan ini. APA? APA? APA? Percuma !.  jika kalian kembali memamerkan rambut indah terurai. Percuma!  jika setelah ini jilbabnya masih buka pasang. Di rumah buka sekolah pasang. Percuma !. Munafik kalian semua. Munafik! Jelas jelas menutup aurat itu kewajiban muslimah, mau miskin mau kaya, mau cantik atau tidak cantik, rambut lurus rambut keriting, kulit hitam kulit putih, semua muslimah itu sama. Wajib menutup auratnya, seluruh tubuh kecuali wajah & telapak tangan. Buka saja jilbab kalian sekarang! BUKA !!!. Tidak ada gunanya menagis malam ini mempertahankan jilbab di kepala kalian matian-matian lalu besok pagi saat pulang ke rumah tetap saja kembali ke masa jahiliyah, buka saja jilbab kalian. BUKA !. sambil mengitari ruangan itu, aku menatap semua wajah teman-teman kelasku teman-teman dekatku, ku tatap mata beningnya satu persatu dengan tangan yang erat menjaga jilbabnya agar tak terlepas akibat tarikan kasar dari panitia termasuk aku. Tak sadar air matakupun menetes, basah pipi ini seperti mereka yang didalam yang baru saja kunasehati adalah diriku sendiri, terbayang semua perbuatanku terhadap auratku selama ini. Hingga dada sesak mengingat dosaku tentang aurat ini aku tak sadar bahwa sebuah tonjokan berhasil mendarat di daguku, seorang teman yang melihat posisiku terancam segera berlari dan mendorongku menuju pintu keluar kelas, semua panitia akhwat diserbu ku tak tahu lagi siap yang memukulku & siapa yg menarikku keluar untuk diamankan, yang paling tak bisa kulupa saat bunyi selembar kain ssssssrsrrrrrtttttttt terdengar sangat dekat dari telingaku. Ya Allah ya Rabbi. Apa yang terjadi. Dada ini sesak, air mata membuncah, suaraku bergetar, takbir takbir lalu takbir. Sambil melindungi kepalaku semampuku bergetar suaru bertakbir “Allahu Akbar!” “Allahu Akbar!” “Allahu Akbar!” jangan lepas jilbabku teriaku lagi jangan buka auratku, tolong tolong aku ya Allah tolong, ampuni aku. Tubuhku jatuh terkulai tepat di tiang depan kelas. Setelah berhasil ditarik-tarik oleh panitian tim penyelamat dari serbuan peserta akhwat di dalam ruangan. Semua mempertahankan jilbabnya dan menyerang siapapun yang mengancam terlepasnya jilbab dari kepalanya. Takbir bergema dimana-mana. Aku menangis sebisa-bisanya. Ya Allah aku mohon ampun atas semua dosa-dosaku, dosa dari kelalaianku menjaga auratku. Pipiku makin basah. Hingga seseorang menutup kepalaku dengan sajadah ditangannya kutak ingat lagi itu siapa sambil melindungi ku dengan cepat sajadah ditangannya mampu menutupi bagian belakangku sambil berkata ”Fhi rambutmu dibelakang kelihatan” sepertinya jilbabmu ini robek. Ganti dulu jilbabmu dek, baru kesini lagi. Aku segera berlari menuju ruang istirhat panitia akhwat dengan terseok seok, belum terlalu kurasa sakitnya tubuhku yang sangat di keesokan harinya. Yang aku tahu akulah salah satu hamba yang selama ini masih melalaikan kewajibanku, sholat, bakti pada orang tua & lalai menutupi auratku. Lampu ruang kelas yang sengaja dimatikan sebelum meninggalkan ruangan yang telah berubah menjadi kamar panitia akhwat ini, menambah suasana haru nan syahdunya atas penyesalanku ya Allah terimalah taubatku. Sinar lampu dari teras depan kelas yang masuk menembus ventilasi ruangan seakan berkata dalam kegelapan ini masih ada cahaya remang yang dapat kau nyalakan dengan terang, setelah taubatmu masih ada kesempatan memperbaiki semuanya. Allah maha pemaaf Allah maha pengampun segala dosa. Kutarik napas panjangku, kuseka air mataku, kutenangkan hati denga istigfar, dengan tertatih ku melangkah menuju saklar lampu kelas, aatagfirullahaladziim astagfirullahaladziim astagfirullahaladziim. “Tek” jariku berhasil meraih tombol saklarnya, seketika terang benderang. Harapan itu masih ada. Aku bisa lebih baik dari hari ini. Ya Allah ya Rabbi ampuni dosaku, terimalah taubatku. Kuraih potongan kain yang hampir lepas dari kepalaku. Benar saja. Kerudung putih yang selalu kupakai setiap rabu kamis ini, yang akrab dengan mistar jilbab dan jarum pentul ditengan atas ubun-ubunku ini berhasil sobek hingga sisi kiri kanannya, hanya sehelai lagi di sisi kanan yang masih mampu bertahan untuk tetap melengket dikepalaku, jelas saja bagian dalam dari kain kerudung segitiga yang sengaja kulipat lebih kecil di dalamnya agar kerudungku menjuntai lebih lebar ke bawah tak mampu menutupi rambut panjangku hingga pinggang. Sejadah ini menjadi bagian dari perisai mahkotaku saat kuberlari meniggalkan kerumunan orang-orang baik di sana orang-orang calon pemghuni syurga yang insyaAllah istiqomah. & insyaAllah akupun bisa terus istiqomah. Ku ambil mukena putihku ku kenakan dengan rapi kuhapus lagi air mataku, kembali ku melangkah bergabung bersama meraka teman-temanku. Ya aku siap. Saat ini jilbabku lebih panjang dari yang awal kukenakan. Aku mengenakan mukenaku.
Hidayah adalah nikmat Allah yang tidak semua mendapatkannya. Hanya mereka yang berusaha mencari yang akan dipertemukan dengannya. Beruntunglah kita yang telah menjumpainya setelah sekian lama berjuang mencari sinyal-sinyal kasih sayang Allah untuk bisa membawa diri berhijrah berburu bekal dunia akhiraat. Semoga kita yang telah melewati jalan hijrah ini bisa bertahan dalam jalan juang ini dan mengajak sebanyak-banyaknya muslimah untuk berjalan di jalan yang sama demi menggapai ridho Allah Subhanahu Wata’ala. Kita tak bisa sendiri, jalan ini panjang & penuh rintangan, kita berada disini untuk saling menguatkan saling mengingatkan, maka do’akanlah aku agar aku tetap setia di jalan ini tanpa berpaling dengan gemerlapnya dunia karena hadirmu disisiku akan menguatkanku menempuh jalan ini.
Karena begitulah hidayah, setelah kita memperolehnya tak ada yang menjamin kita akan bisa mempertahankannya, bisa jadi ia pergi saat kapan saja kita “mengusirnya”. Dan jika kalian tahu. MasyaAllah betapa luar biasanya hal yang terjadi dalam hidupku. Banyak sekali perubahan setelah kami selesai PESKIL OSIS di tahun itu. Ada teman yang sebelumnya berpenampilan sangat terbuka ia berani tampil dengan bangga bahwa inilah saya seorang muslimah sejati, ada pula teman yang sebenarnya dia mampu untuk sekedar membeli pakaian baru (red: yang panjang untuk berhijab) tapi tak dilakukannya karena mungkin ia tak sungguh-sungguh mengejar hidayah dari Allah, atau ia tak mampu menangkap sinyal-sinyal kasih sayang Allah yang ditujukan padanya. Ia menutup dirinya menutup pintu hatinya bukan menutup auratnya. Bahkan yang lebih membuatku terharu lagi ada teman yang sangat bersungguh-sungguh menutup aurat ingin berubah saat pertama masuk sekolah ingin menjadi muslimah seutuhnya, tapi karena masalah ekonomi ia tak mampu meyakinkan orang tuanya bahwa dengan berhijab syar’i bisa mendatangkan rezeki lebih bnyak, bahwa dengan berhijab syar’i mampu menjaga kehormatan seorang muslimah & dilindungi dari segala gangguan gangguan. Terbukti perubahan lingkungan yang juga mengikut perubahanku, inilah salah satu rahmat Allah. Dulunya anak-anak gaul dikompleks kalau aku lewat depan mereka mulai lah mereka merayu dengan sapaan “ hai cewek” atau jika jalan berdua dengan teman “halo yang di tengah” atau jika pake baju warna merah misalnya “hai merah.” Sekarang alhamdulillah berubah jadi mengucapkan salam ya walaupun masih dirayu juga, tapi paling tidak lebih sopan & saling memberikan salam saling mendo’akan jika itu tulus ikhlash insyaAllah berpahala. Dan banyak perubahan lingkungan yang perlahan lahan mendukung perubahan kita. Hijrah kita. Semua pihak saling mendukung, Hingga munculah ide dari senior senior akhwat yang terus diadopsi hingga ke angkataku dan angkatan dibawahku semoga saja, bahwa saat pelulusan nanti senior yang berhijab tidak boleh mencoret coret bajunya karena wijib diserahkan kepada adik kelas yang kesulitan untuk seragam baru dengan hijab saat ingin berhijab. Jadi saat PESKIL akan dimulai kumpulan baju seragam sekolah untuk mereka yang bersungguh sungguh meyambut cinta dari Robbnya sudah terkumpul denga rapi dan siap disalurkan.
Nadia Azzahra Apok

Palu. 020916. 02:46:20

Selasa, 16 Juli 2013

BANJIR BANGGAI LAUT

Pagi menjelang siang ini, saya dikejutkan dengan berita yang luar biasa tentang kampung halaman tercinta. Kalau kemarin status-status BBM tentang Pray for kendari, saat ini berganti menjadi “Pray for Banggai Laut” khususnya mereka yang saat ini berada di sana. Bagaimana tidak, rupanya status-status teman-teman semalam tentang “Hujannya Awet”, “Hujan cepat reda” dan lain sebagainya tentang pengeluhan turunnya hujan di berbagai tempat termasuk di Banggai, saat ini memberikan jawaban, betapa hujan yang turun sangat deras sampai merendam sebagian kota Banggai laut tercinta.

Awalnya dari DP seorang kakak sepupu yang menampilkan gambar salah satu jembatan yang sering ku lewati ketika pergi dan pulang sekolah saat SMA dulu, Jembatan kilo 1 namanya. Letaknya tidak jauh dari SPBU Banggai dan Pasar baru. Lokasi ini memang rawan banjir, sungai gampang meluap ketika hujan tak kunjung reda, apalagi rumah-rumah di sekitarnya yang berdiri tak jauh dari bibir sungai. Walaupun sudah ada tanggul yang dibangun, namun tanggul tersebut seakan tak berdaya mempertahankan diri apalagi mempertahankan kokohnya bangunan rumah di sekitarnya. Papa dan mama Bondan, saya teringat keluarga Bondan. Mereka memang sekeluarga tinggal tepat di sebelah jembatan di Kilo 1 itu. Ya Allah semoga keluarga adik Bondan fajar Ramadhan diberikn keselamatan dan kekuatan menghadapi cobaan kali ini. Aamiin.

Banjir memang terkadang melanda daerah tempatku dibesarkan ini. Masih terbayang di benakku beberapa tahun silam, ketika sedang mengepel rumah, atau sekedar menusuk-nusuk saluran air di gorong-gorong dekat rumah (red-depan rumahnya ece) dengan kayu panjang dengan maksud air segera berlalu. Tak bisa dipungkiri memang, datangnya banjir bisa jadi karena ulah manusia juga. Kebersihan lingkungan yang kurang diperhatikan, kebiasaan membuang sampah sembarangan, dan juga sikap acuh tak acuh masyarakat terhadap pemberitahuan (red-pengumuman) atas ajakan bergotong royong untuk kebersihan masjid dan tempat-tempat umum, tak jarang hanya orang-orang tua sajalah yang hadir di sana, lantas dimana peran pemudanya?

Semua kembali pada kepribadian seseorang, bagi mereka yang membiasakan diri menjaga kebersihan, akan tercermin dari perilakunya sehari-hari, begitupun sebaliknya. Jika kita mampu menjaga kebersihan diri, maka ada harapan untuk care dengan kebersihan lingkungan sekitar. Hal ini kurang tergambarkan dari sebagian besar masyarakat Banggai, terbukti dengan adanya kejadian ini, bisa dipastikan semua kotoran-kotoran di selokan naik ke permukaan jalan, yang membuat jalan raya tampak sangat kotor tak karuan. Gorong-gorong di bawah perempatan jalan (red-deker) menyisakan sampah-sampah yang menyumbat saluran air. Di tempat-tempat umumpun sampah berserakan di mana-mana, lihat saja seperti Pasar Tua, Pasar Baru, Pasar Malam dan tempat-tempat lainnya, lebih-lebih lagi mereka yang tinggal di daerah pesisir pantai (red-komplek pesantren, tanjung, lonas pante, pelabuhan, komplek gorontalo, bebang (bagian pante) hingga ke daerah texas di ujung bebang sana), tak sedikit mereka yang membuang limbah rumah tangga di Laut. Sehingga laut terlihat sangat kotor penuh sampah. Hal ini menjadi salah satu perhatian kami (red-Finalis Putra-Putri Nusantara) saat menjadi Duta pariwisata, perikanan dan kelautan banggai kepulauan di tahun 2007 silam. Memang kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan menjadi salah satu alasan kurang terpeliharanya kebersihan lingkungan kita. Selain itu kinerja pemerintah yang masih kurang maksimal dalam mengoptimalkan SDM dan SDA yang ada, semoga saja jadwal pengangkatan limbah RT masih diadakan sampai sekarang, kalau tidak salah ingat dari PERKOTMIN (red-Dinas kebersihan Kota).
Untuk kali ini, saya memberi jempol pada user Blackberry, karena tak seperti biasanya dengan status alay, dan BC tidak penting, kali ini betapa kesyukuran yang sangat mendalam atas kemajuan Informasi dan Teknologi yang sudah bisa kami jangkau, Alhamdulillah ya Allah. Dengan begitu, saya bisa mengetahui kabar terkini dari tempat yang jauh sekalipun, terimakasih buat teman-teman BBM yang sudan membalas BBM saya. Jujur saya sempat khawatir saat telpon tak juga dijawab, lebih-lebih sms yang belum dapat balasan, jangan-jangan anggota keluarga di sana sedang mengungsi ke tempat yang lebih aman. Alhamdulillah, status dan DP teman-teman BBM sedikit menjawab kegelisahan hati.


Mulai dr DP jembatan kilo 1 : DP Renal Nadjil. (Sumber: DP Renal Nadjil.Opan.Bgi)


Foto jalan depan Pasar baru.


Dan foto dalam rumah tetanggaku, Safira Faradila. (Sumber:DP D I L L A)
Juga beberapa status & Chat dr tmn2.







Namun, ada berita mengejutkan yg perlu pembuktian. Hehehe, semoga sj tidak benar.


Awalnya sempat sangat khawatir saat bbm tidak dibalas oleh seorang kawan SMP, dibaca sj tdk, mungkin karena jaringan.

Bahkan, saking paniknya, teman yang sedang menempuh pendidikan di luar kota ini sampai salah ketik statusnya (As is Well = All is Well)…

Bbm lalod mungkin karena gangguan jaringan yah??

Tapi, ada yang menarik. K’yani tetap jualan. Di amah aman, rumahnya di daerah agak ttinggi.


Lanjuan Chat sm dilla.



Ada yg keheranan pemirsa, kenapa Banggai banjir? Yah karena hujan tdk reda2 slh stunya, hehe



Mungkin sudah tidak panic, si Ela perbaiki statusnya…

Namun ada salah satu cewek yang menyita perhatian kami, cewek jilbab merah dengan tasnya.


Dan akhirnya, kegelisahanku sirna, setelah ada kabar dari sang adik tercinta…



Akhirnya, sedikit kelegaan kembali terasa di dada, sesak perlahan hilang. Harapan mendalam agar musibah ini dijadikan pelajaran bagi setiap orang, termasuk saya pribadi dan keluarga. Yakinlah pasti semua ada hikmahnya, dan semoga kita smua dapat menjaga kebersihan baik dalam diri maupun lingkungan sekitar. Jadikan bulan bersih ini sebagai momen pembersihan diri atas dosa-dosa 11 bulan silam. Sekian, semoga share ini bermanfaat, tak ada maksud lain, hanyalah melatih diri untuk semakin rajin menulis (makanya nulis-nulis aja pas kepengen,hehe). Mohon maaf jika ada kesalahan atau ada hal yang kurang berkenan. Semoga kita semua diberi kemudahan dan keberkahan dalam menjalani Ramadhan tahun ini. Wassalam.
(Nadia Azzahra Apok.Tolitoli.Rabu.17.Juli.2013.12:34)

Lihat status2 di malam pertama yuuk



Lihat status2 di malam pertama yuuk
(Tolitoli, 9 Juli 2013. 21:21)

Alhamdulillah, masih bertemu dengan Ramadhan kali ini. Tak tahu lagi kata apa ataupun kalimat apa yang pants menggambarkan bagaimana dada ini bergetar, linangan ke pipi jatuh dan sesaknya dada menahan haru ketika diperkenankan masih bertemu dengan bulan penuh berkah ini. Maka salah satu bentuk kesyukuran sebagai hamba adalah dengan meningkatkan kualitas ibadah sebanyak-banyaknya dan setinggi-tingginya. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk terus rutin menjalankannya. Banyak hal yang menarik di Ramadhan tahun ini, sehingga sayapun bingung harus bercerita tentang apa. Namun yang paling menarik sehingga menyita peratian saya salah satunya adalah status-status BBM rang-orang, yang masuk dalam daftar teman saya partinya, hehehe.
Baru saja beberapa hari yg lalu saya sedikit digalaukan oleh status teman-teman BBM dan Broadcast-Broadcast mereka tentang DP (Display Picture) yang tdk bias terganti, mka hrus BC (Broadcast) pesan tertentu untuk bias terganti otomatis dalam 5 menit. (Memang ada-ada saja user Blackberry Indonesia khususnya Sulawesi Tengah. Kali ini, status teman-teman BBM saya cukup menarik, entah mereka sudah janjian untuk membuat status yang sama ataukah memang perasaan yang tertuang dengan reflex ketika sedang mengarang status-status itu.

Sehari sebelum sidang Isbat.
“Puasa besok atau lusa yah? Pemerintah, cpt dong ditentukan, sdh tdk sabar nih”
“Ada yg blg besok sudh mulai puasa, tp ada juga yg blg puasanya nnti  lusa. Bingung”
“Daripada pusing ikut pemerintah, atau Muhammadiyah. Mending Tanya mama kpan puasa. Hiks hiks hiks rindu mama papa di kampong”

Kali ini sepertinya status anak rantau, biasalah, karena kuliah jd harus meninggalkan orang tua di kampung halaman.
Ada lagi status yang H2C (Harap-harap cemas).
Aduuh, puasa besok atau lusa ya? Deg degan menunggu hasil siding nanti malam”
“Pemerintah vs Muhammadiyyah, ayo pilih mana?”.

Ada juga status yang tetap sabar menunggu keputusan seraya berdo’a dan memohon petunjuk.
“Alhamdulillah, Ramadhan tiba. Berikan petunjukmu ya Allah agar pemerintah memutuskn waktu hilal yg benar, aamiin.”
“Apapun keputusannya, semoga diridhai Allah SWT, dan kami menerima u/ menjalankannya”
Dan Ada pula yang lebih bijak, tentunya ini bukan sekelompok anak2 alay ataupun jagiir-jagiir. Melainkan kelompok para akademis atau aktivis.
“Perbedaan adalah rahmat, puasa hari ini atau lusa gak masalah, yg masalah itu yg gak puasa”
“Kerjakanlah sesuatu yang kamu mempunyai ilmu tentangnya, puasa besok, monggo. Puasanya lusa yuk mari yg pentig punya Dalil yang kuat”

Hhmmm iya dong, harusnya memang seperti itu, herannya bukankah ini terjadi setiap tahun? Kenapa nanti sekarang saya merasakan kegalauan orang2 tentang penetuan awal Ramadhan. Atau karena saya jadi user Blackberry baru tahun ini ya? (hehehe iya kali). Tapi sebelum-sebelumnyapun seperti itu. Bisa terssssgambar di status facebook, twitter untuk dumay, bahkan seingat saya, kami pernah sekeluarga duduk stay tune depan TV dengan pakaian lengkap untuk shalat (berjama’ah di masjid) menunggu hasil keputusan sidag Ishbat malam itu, dan kalau tidak salah ingat pelaksanaan shalat isya d masjid saat itu tertunda karena jama’ah masih binggung akan tarawih selepas isya atau belum.

Kembali lagi ke status-status BBM, memang ramai membicarakan tentang itu. Dari user yang masih brondong sampai yang sudah berumurpun dengan variasi ungkapan perasaan yang berbeda-beda. Belum lagi Broadcast tentang permohonan maaf sebelum memasuki bulan Ramadhan, sebenarnya tidak masalah sih, maaf memaafkan memang baik. Tapi sangat aneh ketika pesan yang diterima 2 sampai 5 orang isi pesannya sama persis titik komanya, hanya beda di nama saja. Yang jadi pertanyaan siapa sebenarnya yang merangkai kata-kata itu awalnya, seandainya punya hak cipta pasti orang-orag yang copast sudah kena sanksi, betapa tidak kreatifnya anak Indonsia. Bahkan ada yang belum puas BC jenis pesan yang pantun, BC pesan lagi yang ada gambar kartu ucapannya, BC lagi pesan yang ada hadistnya walaupun beum jelas asal usul atau sanad hadistya dari mana, isinya sama pula. Yah, apapun itu tergantung bagaimana kita masing-masing menyikapi. Minimal memaafkan yang tulus dari hati tanpa perlu BC ke semua teman, Allah maha tahu kok.

Malam pertama tarwih(9 Juli)
“On the way masjid, siap2 tarawih”
“aduh mau shalat di masjid mana bagus,e”
“Sudah malam pertama tarwih, mukena pesanan belum dating-datang juga”
“Marhaban ya Ramadhan, tarwih yuuk”
“Mau pi tarwih tapi perut dan kepala mendadak sakit, besok malam jo ya Allah”
“Tarwih deng taman-taman kost di masjid dekat komplek, rindu mama papa, hiks hiks hiks”
“Gara-gara telat ke masjid, tdk dpt tempat. Full euuy, malam pertama noh. Terpaksa tarwih sendirian di kost”
“On the way masjid agung, let’s pray”
“On the way tarwih bareng teman2, siksa juga puasa jauh dr keluarga”

Hhhmmm, bervariasi yah, semua tentang tarwih. Ada yang jadilah, setengah jadilah dan tidak jadi tarwih sama sekali. Alasannya hanya karena sakit perut dan sakit kepala. Adi ingat kisah nabi Ayub AS yang sakitnya sekujur tubuh, hanya bibirnya saja yang masih mampu menyebut asma Allah SWT, tp beliau tetap shalat. Yah semoga saja orang yang tidak jadi tarwih di masjid karena sakit perut dn kepala tai tetap mengerjakan sahalat isya di rumah/kosnya samai sebelum iya meminum obat untuk segera beristrhata agar bias memenuhi janjinya di besok malam. Kita berpositif thinking saja. J
Tapi yang jadi pertanyaan, kapan yah mereka update status On the way itu? Apakah habis berwudhu? Saat menggunakan pakaian shalat? Saat di jalan? Atau sudah masuk dalam masjid? Jangan sampai update status menjadi salah satu rukun dalam ibadah. Atau jangan samai membawa handphone di masjid dan lupa untuk mematikan suaranya mengganggu konsentrasi ibadah orang lain. Semoga saja tidak ya sahabat. Dan semoga setiap malam on the way-nya ke masjid, karena kata salah satu ustadz yang ceramah (dapat info dr status BBM juga, hehe J) malam pertama statusnya orang Palu OTW Masjid, malam-malam terakhir statusnya orang Palu OTW Pertokoan, Mall tatura, Palu Plaza untk beli baju lebaran. Hehehe.

Pulang dari masjid
“Alhamdulillah, tarwih malam pertama lancer”
“Tarwih tanpa keluarga, rindu mama papa kalau pulang tarwih bgni”
“Pulang tarwih dap alia cowo ganteng, besok shalat di masjid itu lagi ahh”

Dan masih banyak lagi tentang “PULANG TARWIH”. Tentunya denga DP yang mendukung, Peci haji + baju koko putih. Ada juga yang lagi kejar setoran atau mungkin memang harus lembur.
“Pulang masjid langsung ngantor”
“Tetap balik ngantor, bos menunggu”
Atau yang kelaparan karena hujan-hujanan dari masjid.
“Pulang tarwih lanjut makan, nyamm nyamm”
“Habis tarwih makan dulu baru bobo”
“Makan memang banyak-banyak, besok sudah tidak bias makan sampai berbuka”

Yaah, bukan masalah sih, kasihan kan kalau orang lapar ditahan-tahan, yang penting jangan Karena kelaparan bawa bekal di masjid dan makan di antara waktu Isya dan tarwih sambil dengar ceramah, apa kata piknik di masjid yam as bro? hehehe J
(NadiaAzzahraApok.9.Juli.2013.22:28)